Aku?

My photo
Sabah, Malaysia
Blog Untuk Renungan Masa Depan Apabila Dah Bertongkat.. Namun Lalui Hidup Kita Di Dunia Realiti Semasa Meniti Ke Hari Tua.. Gunakan Blog Hanya Sebagai Medium Penggerak, Bukan Sebagai Diri Yang Bergerak.. Kerana Nyata Lebih Bermakna Dari Maya..

Monolog Aku



Monolog aku berbicara  tentang cinta...
Minah itu menawan, senyumannya biasa, matanya biasa, wajahnya juga biasa, luarannya hanya biasa...
Namun aku sentiasa bermonolog dengan aku tentang dia...
Caranya gembira, daya tariknya hanya jenaka, perwatakan itu sangat menarik perhatian aku....
Monolog aku mula berbicara tentang keistemewaanya, dan aku hanya mendengar dari aku...
Keriangannya menjadi kecerian untuk aku, juga dikongsi teman-teman..
Aku dari sudut yang sentiasa menerima aku hanya memandang, hanya memerhati namun mula menyimpan rasa...
Monolog aku hanya berkongsi tentangnya, namun kesimpulannya hanya pemerhatian...

Monolog aku mula mengenal cinta...
Semangatku mula berubah, dan aku mula merasa kelainan...
Tidak seperti semalam, aku lebih dulu mencari ruang sudutku yang s mula dirindui walaupun semalam hanya tempat istirehatku, dan dia datang memberi senyuman... memberi kerlingan, tapi firasatku senyuman itu tidak dapat kurasai, kerlingan itu tidak sampai menatap wajahku...
Monolog aku mula bercerita kelainan, mula bercerita rasa kehampaan...
Di sudut ini aku hanya memandang belakang, sentiasa mengharap sesuatu menariknya untuk menoleh kearahku...
Dan hari dan hari-hari seterusnya hanya memandang dengan harapan mengharap ada seyum, mengharap ada lirikan yang ditujukan satu-satunya untukku....
Dan monolog aku dengan aku tetap sama berbicara harapan dan impian...

################################

Monolog aku sudah terjerat dengan cinta...
Sudutku satu pengharapan, sudutku singgahsana terindah menjiwai watak seseorang yang penamanya adalah aku...
Singgahsana kadang membawa aku terbang di laluan yang belum pernah tercapai oleh sang pemikir...
Melayang tanpa tulang, tanpa landasan untuk aku berdiri, berfikir dalam aku serealitinya aku...
Monolog aku bertanya, akan adakah reliti bila fantasi menguasai diri...
Mata dipejam, gelap, demi meneutralisasi empunya aku.. demi berada seadanya aku...
Kini aku nyata di landasan aku walaupun sudut tetap pada yang menerima aku...
Kerlingan manja sekali lagi cuba membawa aku jauh dari aku...
Mata terpejam lagi... hati diketat demi aku menjadi aku... demi aku tetap aku...
Hati ini pula yang lemas dengan senyuman si manis...
Monolog bertanya lagi, akan adakah hadapan jika tenggelam di pertengahan...
Sedar, segera beransur demi berdiri dan berjalan mencorak hadapan...
Monolog aku tanpa kata, sanggup jadi peneman demi luasnya laluan...

Monolog aku tidak pernah lari dari cinta...
Berteleku aku di ruang tidur...
Sebelum dan sesudah subuh, mata ini tetap bersatu dengan diri...
Monolog aku menjadi peneman... kadang gembira kadang menyakiti...
Tawa riangnya menjadi ruang persembahan sang mata pada zahirnya, ironinya, semua bersatu gembira menyaksi telatah riang si manis...
Mata tanpa kerlip menghadap ruang...
Hati tanpa mati menyaksi pentas...
Minda tanpa seksa memikir mahligai...
Monolog menyapa dengan penafian... Sekali lagi...
Tanpa ruang kita masih boleh menoleh...
Tanpa pentas kita masih berperasaan...
Tanpa mahligai kita masih boleh berfikir...
Sekali lagi aku tetap aku menyaksi monolog aku mencorak aku....

Monolog aku tidak penat dengan cinta...
Si manis sudah mula menapak ke tepi...
Memberi ruang untuk aku menyapa...
Monolog aku juga sudah mengetatkan pegangan....
Dua jalan yang penuh berbeda...
Tepi, sangat indah dirasa, sangat manis dikenang...
Pegangan, sakit, perit melawan manis, namun hadapan syurga tanpa istilah...
Aku tetap di sudut aku menilai dan membahasa diri...
Simanis tetap memberi seri untuk senyum seketika...
Hari-hari seperti semalam memperosok aku terlalu ketepi...
Sudut yang dahulunya ruang yang aktif kini pasif semakin menekan diri...
Senyum simanis... Sakit bermonolog di hati...

#######################################

Monolog aku terus berlari kerana cinta...
Langkah pada minda terlalu jauh mencapai hadapan...
Langkah pada hati ingin nanti dan terus nanti mencari hati yang diharap menanti..
Langkah pada jejak terus longlai terbahagi antara dua tepi...
Tepi pada cinta yang mekar tanpa ada rasa diterima..
Tepi pada tekad yang diimpi sebelum hadir sebuah rasa indah...
Monolog aku terus tajam memberi inspirasi...
Langkahmu sebenar-benar rasa mimpi jika pasti itu adalah realiti...
Langkahmu sehebat langkah jika mampu untuk mengejar apa yang ditekad...
Tapi senyum manis itu tetap mencacatkan laluan untuk melangkah..
Tapi lirikan manja itu tetap menjadi batu-batu penyebab jejak tidak sempurna...
Dan aku tetap meneliti monolog aku untuk sentiasa berinspirasi...

Monolog aku terus berdiri atas nama cinta...
Hari ini si cinta penuh dengan gaya menawan..
Senang hati ini tertawan...
Simple..
Sangat mudah...
Rasa tubuh sentiasa terjulang tinggi...
Ada apa dengan mata..
Ada apa dengan senyuman..
Ada apa dengan gaya...
Yang ada semua, punca hati rawak tidak keruan...
Monolog aku berbunyi, timbul lagi penuh persoalan...
Ada apa dengan mata bila sendiri tidak mempunyai mata...
Perlukah senyuman jika senyuman kosong dengan tarikan...
Haruskah tertarik dengan gaya jika gaya tidak meyakinkan dia...
Dan aku terus aku hanya menurut kata monolog...

Monolog Pernah kalah dengan cinta..
Bila senyuman memukau, monolog juga terpukau...
Bila mata melirik, monolog juga tertarik...
Gaya penuh ceria, sang pemenolog terdiam seketika...
Kuatnya hati berani untuk menanti..
Penuh debar terus menjulang rasa untuk menyapa...
Mata penuh bercahaya, riang menyambut si suara yang penuh hati...
Hati penuh teka teki..
Hati penuh rasa nanti..
Hati penuh harapan...
Tembok pemisah hanya pada malu..
Malu untuk melekat pandang...
Malu untuk melawan rasa...
Malu untuk merasa sama apa di rasa...
Monolog hanya diam di tepi...
Kalah pada apa yang ku kalah...
Kalah pada apa yang jatuh..
Kali ini monolog membiar bebas kata hati..
Hati harap nanti monolog sentiasa di tepi...

######################################

Si monolog bagai di singahsana..
Menjadi raja pada hati sekalian yang bernama aku..
Kuatnya tidak terperi..
Gagahnya meratah segala impian suka rencana hati...
Kuasanya polos pada kasar teguh pada pembawaan..
Kadang hati hanya menjurus kepada sang pendeklamasi..
Butir kata penuh wangi cuba mengharum bau dalam hati yang sesak sempit...
Pautan kata penuh isi mendesing pada telinga yang tertadah...
Salah di mana masih tercari..
Bagai sesat pada jalan yang rencana sendiri...
kata tidak diluah..
kata hanya sempit bergelodak di hati..
Ada apa dengan kerongkong..
Persis mulut penuh tahi mengeluar bauan jika berkata...
Persis kerongkong ada barah, mati jika bersahutan suara...
Hanya hati yang berani.. itulah si pendeklemasi..
Rajanya pasti si monolog..
Hambanya tetap aku, balacinya juga aku, gundiknya semestinya aku..
Aku dan aku menjadi najis di matanya...

Kadang Monolog beri hari untuk suka...
Melihat senyum dan senyum itu membawa ruang untuk aku hanyut dalam melayang...
Monolog juga senyum.. membiar hati ini senyum..
Tarikan dia menjadi aku tidak jadi aku..
Selalunya...
Selalu aku jadi aku bila aku diam sendiri..
Selalu aku jadi aku bila aku senyap tanpa bunyi...
Selalu aku jadi aku bila keroncong bergendang pada hati kecapi hanya di mulut sepi..
Selalu aku jadi aku bila hamba pada monolog yang indah pada nyanyi..
Dia...
Dia menoleh aku suka..
Dia melirik datangnya gembira...
Dia memberi wajah suci, aku tidak terkira...
Dia Senyum mungkin lebih jika gila..
Dia mempelawa aku mati tanpa nama...
Aku..
Hari indah untuk aku...
Hari suka untuk aku..
Hari penuh makna untuk aku..
Hari ceria untuk aku..
Hari gembira untuk aku...
Nyah kau segala gejala namanya monolog..
Beri aku ruang untuk dia..
Beri aku dia untuk aku..
Beri aku untuk aku..

Hari gelap untuk monolog..
Hari siang untuk aku..
Hari manis kuharap untuk dia..
Dua hati bersatu menghirup udara dunia..
Tinggalkan saja si monolog, itu kata aku..
Biarkan dia sepi di sana, itu kata dia..
Dua jiwa melayang tanpa benang...
Dua insan gembira pada hari yang dinanti..
Senyum di setiap pelusuk ruang..
Merancang gembira pada depan belum terencana..
Yang pasti itu hari aku..
Harap hari aku memberi dia hari...
Monolog... Mungkin besok dia masih mengganggu...




Aku Tetap Aku Di sudut Aku Terus Memerhati_AmkaNsem

.: KATA PADA KATA :.

...Semua hasil dari Otak Aku... Hati aku kaki support... Jari aku tolong ketuk-ketuk... Kalau aku tulis time minum copy...Aku sure letak gula sebagai ct rasa untuk pastenya...takut datang surat cinta...Tapi jarang minum copy sebab aku benci copy, aku suka air gunung yang bersih dan segar...

.: Hijau itu aku... Hebat itu mereka tu... Tokoh itu tertentu :.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Open Cbox

Hak Cipta Terpelihara

Creative Commons License
aku dari sudut aku terus memerhati_amkaNsem by Aku.. Aku.. Aku.. Sang Pencinta is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 2.5 Malaysia License.
Based on a work at akuakuakusangpencinta.blogspot.com.